OPINION DAY #48
Oleh : Fauzi Arif RH (SSG-004)
Seperti halnya makhluk hidup, sebuah organisasi termasuk didalamnya organisasi bisnis mempunyai sebuah siklus kehidupan dimana ada masa-masa pertumbuhan dan suatu saat ada masa-masa penurunan kinerja. Ada 5 (lima) fase kehidupan organisasi yang terdiri dari kelahiran (Birth), pertumbuhan (Growth), kedewasaan (Maturity), penurunan (Decline) dan kematian (Death) atau kebangkitan kembali (Revival). Siklus ini dikenal dengan business life cycle yang digambarkan sebagai berikut:
Sumber: www.sematicscholar.org
Selain pendekatan 5 (lima) fase di atas, para ahli manajemen lain memberikan pendekatan atau pembagian fase dalam organisasi yang berbeda seperti antara lain:
- Lester, Parnell dan Carraher (2003): Existence, survival, success, renewal, decline
- Gurianova, Gurianov dan Mechtcheriakova (2014) : Introduction, Growth, Maturity, Saturation, Recession
- Hanks (2015): Start-up phase, phases of expansion, maturity and subsequent diversification (or decline)
- Tam dan Gray (2016): Inception, High growth, Maturity
Dimasa pandemic corona yang melanda dunia saat ini dan menggoncangkan tidak saja aspek kesehatan akan tetapi juga merambah aspek lain seperti ekonomi, politik serta social kemasyarakatan. Perubahan lingkungan yang dasyat ini memberikan dampak yang luar biasa besar tidak saja pada keberlangsungan dunia bisnis tetapi juga kemampubertahanan suatu negara di antero belahan dunia. Dunia bisnis dituntut untuk melakukan perubahan atau transformasi proses bisnis yang signifikan agar bisa bertahan dan tetap eksis menjalankan usahanya dengan kinerja yang baik. Dalam salah satu pendekatan manajemen, perbaikan proses bisnis dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu incremental improvement, redesign dan rethink seperti digambarkan dalam grafik berikut:
Sumber: www.bptrends.com
Melihat gambar di atas, Rethink digambarkan sebagai tingkatan transformasi yang mempunyai dampak paling besar dan membutuhkan waktu yang paling lama dibanding dengan 2 (dua) tingkatan) yang lain. Pada tingkatan Rethink ini, manajemen perlu mendefisikan kembali arah bisnis mereka dan itu merupakan sesuatu yang fundamental bagi perusahaan. Apakah setiap organisasi bisnis dituntut untuk melakukan “rethink” dalam masa pandemi ini? Tentu saja tidak semua organisasi bisnis dituntut untuk melakukannya. Ada kajian yang menyatakan bahwa dalam dunia pandemi ini ada beberapa industri justru mendapatkan keuntungan yang tidak kecil seperti misalnya industri telekomunikasi, industri pharmaceutical dan lain-lain. Sementara industri pariwisata, penerbangan, transportasi dan turunannya mendapatkan tekanan yang sangat besar. Industri seperti inilah yang mesti melakukan transformasi besar untuk tidak jatuh dalam fase death.
Turnaround merupakan salah satu langkah yang bisa diambil dalam menghadapi situasi pandemic ini. Menurut Supardi dan Mastuti (2003), turnaround diambil ketika manajemen mengalami kegagalan dalam membesarkan perusahaan sehingga prospek perusahaan menjadi tidak jelas dan mengalami krisis berkepanjangan, sehingga pemilik dan manajemen berusaha keras memutar arah organisasi. Meski tidak persis banget dalam kasus ini namun pendapat Supardi dan Mastuti di atas dapat diambil esensinya dalam penyelamatan perusahaan pada situasi ini. Pemilik dan atau Manajemen puncak perusahaan perlu memikirkan arah perusahaan dengan seksama dan jika sangat diperlukan memutar arah perusahaan pada arah yang bisa membuat perusahaannya dapat tetap eksis atau keluar dari kehancuran.
Turnaround didefinisikan sebagai proses memutar arah haluan organisasi dari kinerja yang tidak baik menuju peningkatan kinerja yang baik. Schendel dan Patton dalam Francis & Desai (2005) menyatakan bahwa Turnaround adalah sebuah proses yang kompleks yang meliputi kombinasi dari berbagai faktor yakni faktor lingkungan, sumber daya internal, strategi perusahaan yang relevan pada berbagai tahap penurunan kinerja, yang pada akhirnya diharapkan menghasilkan peningkatan kinerja organisasi yang biasanya dilihat dari kinerja keuangan perusahaan.
Apakah dalam aksi turn around akan ada jaminan sukses mengubah kinerja perusahaan ke arah yang lebih baik? Turn around merupakan perubahan yang tentu saja harus dilakukan dengan persiapan dan eksekusi yang matang dan baik agar berhasil. Slatter, Lovett dan Barlow dalam bukunya Leading Corporate Turnaround memberikan 7 (tujuh) aspek penting yang harus diperhatikan, yaitu:
- Crisis Stabilisation
- New Leadership
- Stakeholder Management
- Strategic focus
- Crritical Process Improvement
- Organizational Change
- Financial restructuring
Lebih lanjut mereka sampaikan bahwa kesuksesan turnaround ditentukan oleh tindakan yang signifikan dalam setiap 7 aspek di atas. Kegagalan mengidentifikasi dari satu saja dari 7 (tujuh) aspek di atas akan membahayakan keberhasilan turnaround yang dilakukan. In sya Allah edisi ke depan kita akan diskusi lebih dalam tentang 7 (tujuh) aspek diatas.
Saya ingin tutup edisi ini dengan kisah Nabi Yunus Alaihissalam yang mungkin sedikit memberikan insight bagi kita semua terkait organisasi serta aspek lain. Nabi Yunus diutus pada kaum Ninawa di daerah Mosul Iraq tepatnya pada orang-orang Asysyiria. Namun karena Nabi Yunus bukan dari kaum mereka, mereka sama sekali tidak mengindahkan nasehat atau ajakan Nabi Yunus untuk menyembah Allah Subhanahu wa ta’ala. Mereka tetap bersikukuh meneruskan kebiasaan atau ajaran nenek moyang mereka yang menyimpang yakni menyembah berhala. Dari silsilahnya, Nabi Yunus adalah putra dari Matta keturunan Benyamin bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Singkat cerita, meski berulang-ulang kali diingatkan, tetap saja kaum Ninawa tersebut tidak mau mengikuti ajakan Nabi Yunus sedikitpun. Nabi Yunus hanya mendapatkan dua orang pengikut yaitu Rubil yang memiliki sifat yang alim dan bijaksana, serta Tanukh yang memiliki sifat sederhana dan tenang. Suatu waktu Allah SWT meminta Nabi Yunus untuk memberitahukan kepada kaumnya bahwa Allah akan memberikan azab. Saat meninggalkan kampung Ninawa, Nabi Yunus sudah tidak mengharapkan keimanan para penduduknya. Beliau pergi dengan perasaan penuh amarah dan kecewa dengan kaumnya. Sepeninggal Nabi Yunus, maka azab benar-benar diturunkan oleh Allah SWT. Dari situ mereka kemudian akhirnya betul-betul bertobat dan seraya mencari keberadaan Nabi Yunus. Nabi Yunus sudah pergi dan menumpang sebuah kapal besar mengarungi lautan. Ditengah lautan, kapal yang ditumpangi Nabi Yunus diterpa badai yang dasyat. Sang kapten kapal meminta membuang barang angkutan untuk mengurangi beban kapal, sampai pada akhirnya Nabi Yunus memutuskan melompat dari Kapal ke samudera dan dengan kuasa Allah ditelan Ikan Nun dan dimuntahkan kedaratan..
Banyak pesan dari kisah ini tidak saja tentang segi religi spiritual tetapi juga bagaimana beban dikurangi ketika kapal, kita, organisasi dalam kondisi yang kurang mendukung. Ketika organisasi seperti itu, organisasi membutuhkan seorang kapten kapal yang berbeda dari keadaan normal.. bukan new normal ya.
Semoga bermanfaat..
Ditulis oleh Fauzi Arif RH (FA-2020-07)
Leave a Reply