OPINION DAY #25
Oleh : Erwin K. Awan (SSG-059)
Bagian Ke-4 (Tamat)
Dewasa ini, mengelola supply chains luar biasa rumit karena beberapa pemangku kepentingan harus tetap mempertahankan penelusuran berbasis kertas. Dan tergantung pada jenis produknya, supply chains dapat mencakup ratusan tahapan, berbagai lokasi geografis, bermacam-macam pemangku kepentingan serta pembayaran dan tagihan-tagihan yang sangat besar nilainya. Dan disebabkan kurangnya transparansi di dalam supply chains, teknologi blockchain menghadirkan peluang dalam mengubah supply chains serta industri logistik.
Tantangan dalam Supply Chain & Industri Logistik
Ratusan tahun yang lalu supply chain tidaklah rumit karena perdagangan pada umumnya terjadi dalam skala kecil dan sederhana. Saat ini, bisnis telah meluas secara global dan membuat manajemen supply chain menjadi sangat kompleks. Dan tidaklah mungkin bagi konsumen untuk mengetahui nilai sebenarnya dari suatu produk karena kurangnya transparansi.
Sebagai gambaran pernahkah membayangkan dari mana makanan yang kita makan berasal? Supply chain di dalam industry makanan didefinisikan dengan dengan menghubungkan:
· Asal tanaman
· Pengolahan makanan
· Distribusi makanan olahan ke pengecer
· Penjualan makanan ke konsumen
Supply chain makanan meliputi jutaan manusia di seluruh dunia serta tanaman pangan dan bahan baku, sehingga menjadi tantangan bagi produsen makanan serta para konsumen untuk mengetahui di mana komponen-komponen dari makanan itu berada. Masalah ini tetap ada dalam supply chain karena alasan-alasan berikut.
Kurangnya Ketertelusuran
Ketertelusuran mewakili gambaran yang tepat di mana produk berada di dalam supply chain yang beredar pada waktu tertentu. Saat ini, tiap pelaku di dalam jaringan supply chain megelola system dan database mereka sendiri, membuatnya sulit untuk melakukan pemantauan prediktif serta menganalisis di manakah posisi produk pada waktu tertentu.
Dokumentasi dan Kepatuhan pada Peraturan
Kontrak supply chain bisa sangat kompleks karena terlibatnya penelusuran berbasis kertas untuk digunakan merubah status kepemilikan, letter of credit, bill of lading, proforma serta syarat pembayaran yang berliku. Merawat catatan di atas kertas adalah tidak praktis karena membuat proses mencari catatan lama menjadi sangat rumit.
Pemalsuan
Disebabkan kurangnya transparasi, berbagai kasus pemalsuan dalam proses supply chain dilaporkan setiap tahunnya. Berdasarkan laporan-laporan organisasi international, secara global import barang bajakan dan palsu membebani sekitar setengah trilyun dollar per tahunnya. Produk-produk palsu tidak hanya mempengaruhi ekonomi, tetapi juga mempengaruhi kehidupan. Disebabkan kurangnya informasi yang tersedia tentang asal mula dari suatu produk, hamper dipastikan sulit bagi produk tersebut dapat memenugi standar kualitas yang dipersyaratkan.
Biaya Tinggi
Saat ini, manajemen supply chain melibatkan begitu banyak perantara seperti para pengacara dan para regulator yang menambah biaya ekstra yang tinggi ke dalam ekosistem. Proses supply chain membutuhkan middlemen untuk membawa kepercayaan ke dalam sistem.
Bagaimana Blockchain mempengaruhi Supply Chain?
Berikut ini adalah bagaimana blockchain dapat memberikan dampak terhadap supply chain proses.
· Mencatat jumlah dan transfer produk saat berpindahtangan antar supply chain.
· Melacak perubahan pesanan, membeli pesanan, pemberitahuan pengiriman, dokumen perdagangan dan penerimaan dari buku besar blockchain.
· Menautkan produk fisik ke barcode, RFID atau nomor serial dan menyimpannya di blockchain
· Berbagi informasi tentang pemrosesan atau proses pembuatan, pengiriman, perakitan, dan pemeliharaan produk dengan vendor dan pemasok secara transparan di blockchain.
· Dengan menerapkan blockchain di dalam supply chain, kita dapat mengetahui dengan siapa kita berurusan, darimana produk berasal, siapa yang memroses atau membuatnya, dan apakah pembayarannya wajar atau tidak.
Adapun manfaat yang didapatkan dalam implementasi blockchain di dalam supply chain adalah sebagai berikut.
Pelacakan asal muasal barang
Banyak perusahaan multinasional dan organisasi besar tidak memiliki latar belakang produk di dalam supply chain mereka karena tidak dapat dilacak. Hal ini dapat mengakibatkan biaya tinggi dan masalah dalam hubungan dengan para pelanggan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap reputasi periusahaan. Menggunakan solusi blockchain untuk supply chain, berbagi data, pelacakan asal muasal barang serta pencatatan menjadi lebih efekti dan sederhana. Karena transaksi yang disimpan di buku besar blockchain tidak dapat dihapus atau diubah, baik konsumen maupun pemangku kepentingan (stakeholder) dapat melacak sejarah produk dari asalnya hingga tujuan terakhir.
Pengurangan Biaya
Karena blockchain memungkinkan pelacakan secara real-time suatu produk dalam supply chain tanpa keterlibatan para perantara, biaya pemindahan barang dapat dikurangi.
Menghilangkan perantara dari proses mencegah biaya tambahan, pemalsuan atau penipuan dan mengurangi kemungkinan duplikasi produk. Alih-alih bergantung pada perantara keuangan seperti bank, pembayaran dapat diproses langsung antara pihak-pihak dalam supply chain dengan pembayaran menggunakan cryptocurrency.
Transparansi yang meningkat
Buku besar Blockchain yang tetap atau tidak berubah mencegah perusakan terhadap informasi dan memungkinkan pemasok serta pengecer untuk bisa melihat titik asal setiap pesanan. Visibilitas yang ditingkatkan juga menyiratkan bahwa produsen dapat memverifikasi persediaan untuk memerangi perdagangan palsu.
Membangun Kepercayaan
Pihak-pihak yang terlibat di dalam supply chain perlu saling mempercayai untuk menjaga kredibilitas dan keaslian suatu produk. Solusi supply chain berbasis blockchain membawa kepercayaan pada sistem dengan catatan berstempel waktu (time-stamped) yang disimpan setiap saat, yang memungkinkan bagi setiap pemangku kepentingan untuk mengakses catatan sebelumnya atau catatan saat ini.
Kasus Nyata penerapan Blockchain di Supply Chain
Blockchain untuk Merampingkan Supply Chain Minyak
Perusahaan: ADNOC & IBM
Status Proyek: Program pilot sudah selesai; Blockchain masih di tahap awal
Sumber: ADNOC, IBM
Perusahaan minyak milik negara Uni Emirat Arab, Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi (ADNOC) bekerja sama dengan IBM berhasil meluncurkan program percontohan sistem supply chain blockchain. Idenya adalah untuk melacak minyak dari sumur ke pelanggan, sementara secara bersamaan mengotomatisasi transaksi di sepanjang jalan.
Sementara masih dalam tahap awal, ADNOC berharap untuk akhirnya memperluas rantai untuk menyertakan pelanggan dan investor, membuat bisnisnya lebih transparan dalam proses. ADNOC memproduksi sekitar 3 juta barel minyak per hari, dan dengan sepenuhnya menerapkan teknologi blockchain, mereka akan dapat melacak semua minyak yang diproduksi, mengurangi waktu dan biaya yang terkait dengan pengiriman.
Blockchain untuk Pelacakan Intan
Perusahaan: De Beers
Status proyek: Setelah menyelesaikan pilot yang sukses, De Beers saat ini bekerja dengan produsen berlian, pengecer, dan bank lainnya untuk mengembangkan pengaturan tata kelola terbaik untuk platform tersebut.
Sumber: Siaran pers Tracr, De Beers
Intan darah (Blood Diamonds), atau intan konflik, adalah intan yang telah ditambang dalam keadaan yang penuh dengan kekerasan atau dalam kondisi yang tidak sesuai. Mereka banyak diproduksi di Afrika, dan penjualan mereka sering digunakan untuk mendanai berbagai konflik di wilayah tersebut. Produsen berlian terbesar di dunia, De Beers, telah mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri penjualan berlian darah dengan mengumumkan program supply chain blockchain pertama yang sukses.
Melalui programnya, Tracr, De Beers mampu melacak 100 berlian dari tambang ke pemotong dan pemoles, kemudian akhirnya ke perhiasan. Foto kemajuan berlian dapat diunggah ke blockchain, serta informasi mengenai warna, kualitas, dan lokasinya. Tracr tidak hanya memberi pelanggan ketenangan pikiran, tetapi jika diterapkan pada semua berlian, bisa menghentikan produksi berlian darah sekaligus.
Blockchain untuk Keamanan Pangan
Perusahaan: Walmart, JD.com, IBM, Universitas Tsinghua
Status proyek: Program percontohan selesai pada 2017, dan Walmart mengumumkan bahwa mereka akan meminta pemasok selada dan sayuran hijau lainnya untuk mengunggah data mereka ke blockchain pada September 2019.
Sumber: Presentasi video Walmart, siaran pers IBM, Universitas Tsinghua, JD.com, Forbes
Sepertinya ada wabah E.coli baru setiap tahun. Karena butuh waktu untuk menemukan asal mula wabah, banyak pengecer sering terpaksa membuang seluruh persediaan produk mereka. Keempat entitas ini berharap dapat meningkatkan transparansi pangan dan efisiensi pengiriman dengan teknologi blockchain. Upaya tersebut dibagi menjadi dua bagian: Walmart dan JD.com menangani produksi dan pengiriman produk, sementara IBM dan Universitas Tsinghua menangani penelitian dan mempertahankan blockchain. Unilever, Kroger, Nestle, dan Tyson Foods semuanya berencana untuk berkolaborasi seiring kemajuan proyek, dengan lebih banyak perusahaan makanan untuk bergabung di sepanjang jalan.
Blockchain Logistik Tingkat Lanjut
Perusahaan: Kuehne & Nagel dan VeChain
Status proyek: Sedang Berlangsung. Selain itu, VeChain menggunakan blockchain dalam berbagai cara di berbagai industri.
Sumber: artikel K&G, VeChain, Trustnodes
Kuehne & Nagel (K&G) adalah perusahaan pengiriman laut global terbesar di dunia, yang mempekerjakan 76.000 orang dan memiliki pendapatan lebih dari $ 20 miliar. Bermitra dengan VeChain, K&G memungkinkan pelanggan untuk melacak paket mereka secara real time.
Dan masih banyak lagi penerapan supply chain blockchain baik yang masih early stage maupun under development.
Teknologi blockchain memiliki potensi untuk merekonstruksi supply chain dan mengubah cara kita dalam memproduksi, mempromosikan, membeli dan mengkonsumsi barang. Transparansi, keamanan, dan keterlacakan yang ditawarkan oleh blockchain dapat membuat ekonomi kita menjadi lebih aman dan dapat diandalkan serta meningkatkan kepercayaan serta kejujuran.
Referensi
2. https://blockchain.info/charts/blocks-size/
3. https://bitinfocharts.com/bitcoin%20cash/
4. https://blockchain.info/charts/avg-block-size
5. Distributed Ledgers (2017)
6. Risks and Opportunities for Systems using Blockchain and Smart Contracts (2017)
7. www.data61.csiro.au/en/our-work/safety-and-security/secure-systems-and-platforms/blockchain.
8. Blockchain: Transforming Your Business and Our World (2019)
9. https://www.digitalsignaturemart.com
10. The Byzantine Generals’ Problem – Leslie Lamport, Robert Shostak, Marshall Pease SRI International (1978)
11. https://www.investopedia.com/terms/p/proof-stake-pos.asp
Leave a Reply