Melawan Diri Sendiri untuk Memulai Menulis Opinion Day

Apakah sebegitu parahnya? Apakah sebegitu beratnya? 

OpinionDay #59
Oleh : Widhy Wahyani (SSG-140)

Jujur, tulisan ini terinspirasi usai mengikuti meeting online dengan rekan-rekan senior IPOMS – SSG Surabaya pada hari Sabtu, tanggal 5 September 2020, jam 14.00 WIB. Dikarenakan sore itu saya ada 4-5 meeting online, jadi ada beberapa meeting yang hanya saya ikuti separuh session saja, lantas minta izin panitia untuk meninggalkan room dikarenakan ada kegiatan meeting online lainnya. 

Hal seperti ini sudah menjadi “sega jangan” (istilah orang Jawa) artinya sesuatu hal yang sudah biasa dijalani. Memang saya akui bahwa selama terjadi pandemic COVID-19 dan berlakunya aturan PSBB, kegiatan online merupakan kegiatan rutin saya tiap hari. 

Usai bangun tidur dan akan tidur, bisa dikatakan jari saya selalu menyentuh smartphone. Suka tidak suka, mau tidak mau, nyaman tidak nyaman, jemari tangan ini pasti gatal kalau tidak menyentuh layar smartphone. 

Dunia kerja saya sebagai seorang pendidik memang mengharuskan saya bekerja secara online selama pandemic COVID-19. Kegiatan belajar mengajar berbasis digital, yang istilah kerennya online method learning. Sebenarnya hal ini cukup berat bagi saya yang sudah memasuki usia 46 tahun (menjelang setengah abad, alias tidak muda lagi), dimana saya harus belajar menggunakan tools pembelajaran yang serba digital. 

Dalam hal ini saya cenderung ngangsu kawruh / belajar dari rekan-rekan yang lebih muda usianya, rata-rata berusia 20 – 30 tahun. Hal ini dalam paribasan Jawa adalah kebo nusu gudel dimana mempunyai makna orang yang usianya lebih tua belajar kepada orang yang usianya lebih muda. 

Selain keseharian saya yang selalu dihiasi dengan kegiatan meeting online, training maupun workshop online, pendampingan (pembimbingan) online saya juga harus mempersiapkan anak saya yang akan melanjutkan studi S-1 ke luar negeri. 

Hal ini memang cukup terasa berat bagi seorang perempuan yang harus merawat orang tuanya yang sudah uzur dan harus menata kelola aset keluarga sendirian (meskipun asetnya tidak seberapa banyaknya). 

Sebenarnya pada malam ini saya harus menyelesaikan RPS (Rencana Pembelajaran Semester) dan konten perkuliahan menggunakan OBS (Open Broadcaster Software) serta PPT bernarasi. Saya akui, lumayan berat bagi saya, dimana saya harus berhari-hari belajar untuk sekadar memahami penggunaannya dan pemanfaatannya dalam dunia pendidikan. 

Namun tak apalah, sesekali saya harus menulis untuk opinion day di awal program kerja IPOMS-SSG Surabaya. Saya akui, sebenarnya ada pekerjaan yang lebih menunggu lama, artikel ilmiah sudah menunggu untuk segera diselesaikan, tulisan buku ajar, bahkan buku yang akan dipublikasikan dengan rekan-rekan dari India, dan lain-lainnya yang sudah antri dalam waiting list beban pekerjaan saya. 

Jika saya masukkan dalam Beban Kerja Dosen (BKD) dalam program serdos, alhasil overload (beban berlebih). Jika melihat pekerjaan yang menumpuk seperti ini, sebenarnya ingin rasanya memiliki sekretaris sendiri yang sekadar membantu mengetik, namun sampai saat ini belum kesampaian juga. Tak apalah, saya jalani saja sesuai dengan kemampuan saya. 

Maka saya awali dengan mengucap Bismillaahirrahmaanirrahiim dalam hati plus mohon kekuatan, kesabaran dan ketabahan pada Yang Maha Kuasa, maka saya awali mengetik opinion day 1, kata demi kata. Ide demi ide bermunculan secara otomatis di pikiran saya. 

Lanjut dengan mengkomunikasikan dengan rekan-rekan senior di WA Group IPOMS Family, apa yang ada di kepala saya saat ini. Semoga tulisan untuk opinion day 1 ini menginspirasi rekan-rekan semuanya. 

Padahal saat ini pun di tempat lain (masih di wilayah Nganjuk Kota juga) masih berlangsung acara syukuran pembukaan bisnis angkringan di sebelah resto yang dikelola oleh keluarga besar saya. Hari ini memang saya niatkan untuk absen dari acara tersebut, karena kemampuan pikir, tenaga dan waktu yang saya miliki tidak mencukupi untuk melakukan kegiatan tersebut alias overload. 

Alhamdulillaah, ada saudara yang bersedia dipasrahi mengelola bisnis angkringan tersebut, yah. Dengan alasan yang kuat yaitu berbagi kesempatan dan rezeki dengan saudara yang membutuhkan. Setelah beberapa puluh menit berjalan, ketikan saya sudah sejauh ini, lumayan lah sudah mencapai dua halaman, meskipun belum penuh. 

Sebenarnya sih, kalau mood saya sedang bagus dan bisa mengesampingkan pekerjaan yang menumpuk di atas meja kerja saya plus pekerjaan rumah lainnya, saya bisa mengetik sedikit demi sedikit seperti yang saya lakukan seperti saat ini. 

Alhamdulillaah, tulisan yang saya gunakan prolog untuk opinion day selanjutnya, sudah hampir selesai dan sebentar lagi siap kirim ke Pak Sekretaris. Semoga apa yang saya alami ini bisa memotivasi dan menambah wacana rekan-rekan lainnya dan semoga tidak di reject oleh Pak Sekretaris. 

Pikiran saya sesaat flash back pada suatu moment pada malam hari tahun yang lalu (2019), sewaktu saya sedang menulis artikel untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah bereputasi internasional. Meskipun sampai saat ini belum berhasil sebagai penulis tunggal di jurnal tersebut. Saat itu saya sedang komunikasi via WA dengan rekan-rekan senior, tetiba saya berpikiran untuk mengajak menulis rekan-rekan senior di IPOMS – SSG Surabaya. 

Semangat sekali saya saat itu, tanpa memikirkan tulisan saya sempat terbengkalai beberapa jam. Di satu sisi naskah buku saya mangkrak alias belum tuntas. Namun justru saya bersemangat sekali mengutarakan ide saya untuk menulis. Saya akui, saya sendiri juga merasa heran. Padahal saya sendiri juga belum begitu kenal dengan rekan-rekan senior, namun yang namanya ide dan spirit nulis terlontar begitu saja dengan lancarnya. 

Akhirnya, waktu demi waktu, satu demi satu, rekan-rekan kirim tulisannya ke Pak Sekretaris, kecuali saya. Yah betul, hanya saya yang belum pernah kirim artikel untuk opinion day. Akhirnya suatu waktu Pak Sekretaris menghubungi dan meminta izin pada saya untuk mencantumkan artikel tersebut pada opinion day. 

Mungkin beliau sudah putus asa mengingatkan alias ngobrak-obrak saya untuk mengirim tulisan opinion day. Namun hingga saat itu, saya belum pernah sekalipun mengirimkan. Sempat terbersit pertanyaan pada diri saya sendiri, apakah saya ini nakal? 

Awalnya saya yang menyampaikan ide untuk menulis, namun belum pernah sekalipun menulis untuk opinion day (karena saya kebanyakan meluangkan waktu untuk menulis buku dan artikel ilmiah). Dan kemungkinan beliau berhasil menemukan artikel ilmiah saya yang ada di google scholar.

Namun setelah melihat buku kumpulan opinion day yang tergeletak di meja saya, maka saya niatkan sesekali menulis untuk opinion day. Seakan-akan buku itu nagih janji saja pada saya. Dan berhubung batalyon nyamuk sudah banyak yang menggigit kaki dan betis saya, maka saya akhiri tulisan ini. Untuk bersegera mengirim ke alamat email Pak Sekretaris.

Bismillaahirrahmaanirraahim ……. 

Nganjuk, 5 September 2020

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*