Belum 1 hari para member IPOMS Chapter Surabaya selesai berdiskusi dan melakukan Study Group di kampus MMT-ITS, ternyata kemudian berlanjut diskusinya di media online, di whatsapp group. Beberapa member memberikan apresiasi dan masukan mengenai acara Study Group ke-34 kemarin, diantaranya yaitu :
SSG-087 Budi Purwanto : kasih quetioner kepeserta. apa strenght dan weakness dari acara kemarin dan harapan dari peserta untuk masukan pengurus
SSG-172 Andri Sofyan : 👍 sukses IPOMS, pertahankan terus 💪
Rico : Sukses IPOMS Surabaya 🤩
SSG-162 Robi Fajarillah Rangkuti : Sekali sekali kasih study kasus, anggota ipoms beri solusi masing2, yg di email kan ke email ipoms, jawaban dan analisa terbaik di beri apresiasi
SSG-204 Rusdi : Semoga ilmu dan presentasenya membuka wawasan kita utk melangkah lagi ke depan
SSG-184 Sutjipto : Trims, sama2 p. Yanuar, Smg FGD ini langgeng.
SSG-154 Sambodo : Sukses trus buat IPOMS
SSG-118 Joko Seget : Baik pak, Terima kasih banyak atas ilmu baru nya
SSG-200 Noviansyah SSG: Terima kasih kepada semua Pengurus SSG dan IPOMS. Sukses terus.
Testimoni yang masuk kemudian berlanjut menjadi diskusi online, setelah Cak Amik mengemukakan ide dan kegiatan IPOMS Chapter Surabaya selanjutnya: “Insya allah akan diadakan FGD per disiplin/issue. Bagi temen2 IPOMS yang punya ide tema FGD sambil kopdar kecil2ab bisa disampaikan disini or melalui pengurus utk bisa difasilitasi”.
Dan disambung oleh pak Agung Ektika : “Sesuai info dari Cak Amik diatas kami akan fasilitasi juga per sector topics diskusi nah monggo di list dulu kira2 apa yg menjadi prioritas dari pain poin yg ada … kemudian baru bisa diskusi sektoral agar lebih fokus”
Lalu Arif R mengatakan bahwa yang menarik sebenarnya meneruskan yang kemarin, yaitu tentang UMKB & PLB.
Dan akan menarik apalagi jika dibantu menciptakan distribusi se-Indonesia. Misalnya dengan membuat kan DC (stokist), seluruh Indonesia, dibuatkan start up baru oleh pengusaha-pengusaha dagang produk UKM. Sehingga kemudian kita bermain di system dan distribusinya.
Selain itu juga ada topik yang menarik lainnya yaitu mengenai Road_train, yang kemarin sempat disinggung oleh pak Ahau dan pak Wahyu, yaitu utilisasi tol trans jawa untuk pemerataan pembangunan Jawa. Serta yang tak kalah menarik adalah mengenai utilisasi kargo via kereta api.
Untuk tol masih dirasa kemahalan, sekali trip sekitar 1.3 jutaan, kalau bisa turun dibawah 800 ribu mungkin bisa menjadi oke. Sehingga tol lebih sesuai dan lebih tepat untuk pengiriman ekspress dan urgent aja.
Dua ide yang sangat menarik, syukur-syukur nanti banyak FGD bisa tercipta banyak startup lokal baru atau minimal membantu masing-masing company dalam improvisasi dan “solve the pain”. Kolaborasi dan korporaritasi.
Beberapa pain yaitu diantaranya adalah:
- Pengalaman dari yang melakukan kajian surface untuk shifting distribusi barang di jawa, dari Truck ke Kereta Api & Tol Laut, bahwa kendala utamanya masih di infrastruktur.
- Kereta api masih belum bisa semua tujuan menerima container, sehingga masih ada PR yang harus dikerjakan. Juga vendor untuk penerusan barang-barang kecil. Support vendor di daerah juga masih minim.
Semua pain diatas dikarenakan belum banyak yang ngelirik.
Harusnya metode pengiriman ini bisa lebih optimal layanannya, ada salah satu member yang pernah punya pengalaman cargo dari Cikarang ke Mojokerto yang sampainya hingga 10 hari, padahal status nya FCL bukan LCL.
Saat ditawarkan loss cargo on flat deck, namun tidak berani karena alasan safety.
Secara prinsip harusnya bisa lebih murah, hanya saja apakah karena marketing development-nya masih “tradisional” sehingga tidak bisa jadi solusi?
Ada pengalaman dari customer salah satu member IPOMS yang pakai kereta api (kalog) dan land transport, dengan kereta issue-nya masih lead time yang lebih panjang padahal rate-nya lebih murah, yang perlu dipikirkan bagaimana cara agar lead time kereta sama atau lebih baik dari land transport.
Lead time-nya lebih lama, jika saja bisa ada pemanfaatan lahan disamping tol sekarang untuk KA kargo, jadi tidak 1 rel dengan KA angkutan orang, serta ada pemisahan per gerbong barang per wilayah tujuan, mungkin bisa lebih cepat.
Selain lead time, challenge utamanya ada pada Logistic Cost. Tidak banyak port di Indonesia yang mampu handle bulk vessel 10.000 ton. Ternyata masih ada parameter lain yang harus di-consider. Parameter tersebut diantaranya adalah:
- Frekuensi, pihak KAI expect untuk delivery rutin (daily/weekly based) dimana kebutuhan kami hanya monthly loading. Jadi kami planning bikin beberapa lokasi pabrik (smaller capacity), dan local warehouse, untuk monthly collecting sewaktu akan loading ke vessel.
- Infrastruktur, untuk 1 rangkaian kereta bulk loading, minimal gerbong sekitar 15 gerbong, up to 20 gerbong. Belum semua stasiun ready, dan ada possibility untuk menambah fasilitas (yang belum jelas akan jadi scope siapa)
- Lead Time, akan riskan jika lead time tidak bisa dipastikan karena loading bulk material to vessel biasanya hanya limited time. Dari pengalaman sebelumnya, harus bisa selesai loading to vessel 10.000 ton dalam waktu hanya 4 hari. Jika ada delay akan berimplikasi signifikan
Semua parameter yang disampaikan diatas rasanya diskusi online tidak akan cukup kecuali dibawa ke next Study Group.
Karena memang angkutan via kereta ini menarik dibahas karena secara teori lebih efektif dan efisien, cuma di sini masih banyak kendalanya. Beberapa pengalaman yang juga sempat mau mencoba, terkendala lead time, bahkan sekarang malah tutup depo yang ada di Waru.
Kendala adalah sajian untuk dibahas.
Pilihannya jika tidak dibahas di next Study Group, setidaknya dilanjutkan ke webinar pertama IPOMS Surabaya. Diskusi via web conference.
Let’s do the IPOMS webinar.
Leave a Reply