Disiplin Sebuah Keniscayaan

OPINION DAY #35

Oleh : Fauzi Arif RH

Pada pagi hari di bulan Desember tahun 2019 penulis berjalan menyusuri jalan besar di sebuah kota kecil di Tata negara Hungaria, kota yang berpenduduk kira-kira 24 ribuan orang dengan luas 78,13 km2, menuju suatu supermarket jaringan besar di Eropa “Lidl” dan pasar tradisional dimana penduduk setempat bisa berjualan bahan makanan, bunga-bunga hias yang dirangkai, kebutuhan taman dan alat pertukangan baik yang baru maupun yang bekas. Kota ini berjarak sekitar 68 km dari Budapest dan sekitar 181 km dari kota Wina Austria.. udara cukup nyaman dengan suhu tidak terlalu dingin meski ada di musim dingin.

Pada kejauhan terlihat seorang wanita baya mau menyeberang dan mencari tempat penyeberangan yang ada tombol penyeberangannya. Dia menekan tombol yang ada dan menunggu beberapa saat. Namun rupanya dia kurang sabar dan dia membatalkan menyeberang di titik itu setelah menekan tombol menyeberang dan terus berjalan menyusuri trotoar. Setelah beberapa saat lampu merah titik penyeberangan itu menyala. Semua kendaraan terlihat berhenti meski di kanan kirinya tidak terlihat ada orang yang mau menyeberang, tidak ada satupun kendaraan yang bergerak meski secara rasional bisa saja mereka meneruskan perjalanan karena memang tidak ada yang menyeberang. Inilah tingkat kepatuhan yang dapat dijadikan contoh bagaimana sebuah disiplin tingkat tinggi dipraktekkan. Aturan adalah aturan dan harus dipatuhi. Pelaku tidak melakukan sesuatu berdasar hasil olah pikirannya dalam mematuhi aturan meski mereka misalnya seorang profesor. Mereka patuh, titik.

Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar, yang kemudian diikuti dengan munculnya istilah disciplina yang mempunyai makna pelatihan atau pengajaran. Disiplin dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan antara lain adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Menurut Fathoni (2006) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku sedangkan menurut Thomas Gordon (1996: 3), Disiplin adalah perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan yang dilakukan secara terus menerus. Dalam perusahaan, kesediaan seseorang dalam mematuhi arahan yang digariskan manajemen perusahaan memberikan sebuah kondisi bahwa anggota organisasi akan align atau selaras dengan apa yang digariskan perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Disiplin dalam aspek ini adalah kepatuhan terhadap regulasi, prosedur, instruksi kerja atau dalam bentuk lain yang sudah ditetapkan.

Fenomena yang penulis lihat di salah satu negara yang dulu menjadi koloni soviet tersebut, akan sangat sulit di temui di tanah air tercinta. Masih banyak terlihat bahwa pengendara mengabaikan rambu-rambu yang ada, main serobot sudah menjadi pemandangan yang biasa terlihat. Sikap tidak disiplin ini akan menjadi sebuah kebiasaan yang akan dibawa si empunya jika misalnya dia masuk dalam lingkungan perusahaan. Menghadapi kemungkinan seperti ini disamping melakukan sebuah proses seleksi yang ketat, perusahaan harus juga melakukan upaya sedemikian rupa agar bisa mentransformasi kebiasaan kurang sesuai ini menjadi sebuah kebiasaan yang sesuai dengan budaya perusahaan. Ada banyak pendapat tentang bagaimana membangun kedisiplinan diri, siswa dan karyawan. Ada yang menyatakan 5 langkah,  6 langkah sampai ada yang berpendapat 54 langkah. Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam membangun kedisiplinan antara lain misalnya pelatihan dan pengajaran, supervisi yang ketat, penerapan teknologi, pendekatan persuasif, kepemimpinan yang kuat, aturan yang wajar, pemberian penghargaan dan hukuman dan banyak upaya lainnya.

Di dalam ilmu manajemen, banyak sekali dikenalkan metodologi atau alat-alat dalam pencapaian tujuan perusahaan apakah menyangkut membangun keunggulan bersaing, meningkatkan produktifitas dan banyak tujuan-tujuan lain yang perusahaan tentukan. Perusahaan membutuhkan alignment dalam proses implementasi semua perencanaan atau program yang telah dibuat dimana pada tingkat ideal, tidak boleh satupun anggota organisasi yang arah pengambilan tindakannya tidak selaras dengan arah perusahaan karena hal itu akan menjadi batu sandungan keberhasilan. Jadi pertanyaannya, perlukah keberadaan disiplin dalam manajemen perusahaan? Jawaban dari pertanyaan tersebut sebenarnya sudah sangat jelas dan difahami oleh semua orang, tapi kenapa di lapangan banyak ditemui masalah disiplin ini membuat program jalan ditempat atau bahasa gaulnya hidup tidak matipun tidak mau…? tentu banyak faktor yang berpengaruh terhadap hal tersebut, yang salah satu diantaranya seperti dipaparkan di atas. Disiplin sangat diperlukan dalam semua organisasi apapun bentuknya.

Bagaimana dengan anda dan perusahaan atau institusi anda?

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*