#OpinionDay
Oleh : Erwin K. Awan (SSG-059)
Beberapa waktu yang lalu ada sebuah diskusi yang seru mengenai sebuah thread yang dishare oleh salah seorang member di group Whatsapp dengan judul “The End of Asset-Heavy Company”. Thread tersebut mengungkapkan tentang banyaknya perusahan berbasis heavy asset yang mulai mengalami kesulitan dalam business disebabkan oleh gangguan yang disebut dengan the Triple Disruption, Digital, Millenial, dan pandemic disruptions. Dan di dalam thread ini juga menyimpulkan bahwa Asset-light company yang juga termasuk UKM/UMKM akan tetap resilient serta agile dalam menghadapi disruptions.
Diskusi tersebut membuat penulis tergelitik untuk melakukan quick research terkait dengan perusahaan besar yang mungkin merasa mereka too big to fail dan tidak menyerah dengan berbagai jenis disruption. Salah satu yang menarik bagi penulis untuk diulas lebih dalam adalah perusahaan-perusahaan yang sukses dan sudah berusia lebih dari satu abad.
Dalam sebuah artikel yang ditulis di www.bbc.com berjudul “Can a Company live forever?”, dikisahkan sebuah hasil studi yang dilakukan oleh Yale Institute yang menyatakan bahwa rata-rata usia perusahaan yang terdaftar dalam indeks S&P 500 perusahaan terkemuka AS telah menurun lebih dari 50 tahun pada abad terakhir, dari 67 tahun pada 1920-an menjadi hanya 15 tahun saja.
Namun, perusahaan-perusahaan yang berhasil bertahan dan sudah berusia lebih dari beberapa dekade bahkan satu abad, berkali-kali mengalami berbagai macam badai dalam mengarungi bahtera bisnis. Mereka membangun kembali diri mereka berkali-kali, mengakuisisi dan menjual seluruh divisi bisnis, dan tetap menjadi yang terdepan dalam branding dan pemasaran. Karena kebiasaan konsumsi masyarakat telah mengalami evolusi dan terfragmentasi, perusahaan-perusahaan ini secara bersamaan memanfaatkan daya tarik abadi mereka untuk terus beradaptasi agar tetap terkini. Dan tentunya dibutuhkan resilience serta kemauan yang kuat untuk bertahan terhadap berbagai perubahan keadaan selama lebih dari satu abad.
Apa rahasia mereka? Apakah itu perumusan strategi? Atau tentang eksekusi? Dan bagaimana mereka berhasil menemukan kembali diri mereka dengan sukses berkali-kali? Untuk menjawab pertanyaan ini berikut adalah beberapa contoh perusahaan yang telah mengungguli para pesaingnya selama seratus tahun terakhir.
Western Union
Western Union telah belajar sepanjang sejarahnya, seringkali dengan rasa sakit, tentang kesulitan dan pentingnya untuk tetap fokus. Menjelang tahun 1990-an, diversifikasi portofolio produk yang telah dibangun perusahaan berkat penemuannya yang luar biasa terbukti sulit dipertahankan, apalagi untuk dikembangkan lebih lanjut. Membuat perusahaan kehilangan fokus.
Turunnya margin yang diikuti dengan naiknya utang membuat Western Union berada di bawah tekanan keuangan yang signifikan, yang menyebabkan perusahaan mengajukan bangkrut pada tahun 1993 yang kemudian diakuisisi oleh First Data di tahun 1994.
Di bawah First Data, Western Union dapat memperoleh kembali fokusnya dan berkonsentrasi secara eksklusif pada produk pengiriman uangnya, menikmati pertumbuhan dua digit selama bertahun-tahun beroperasi sebagai anak perusahaan. Namun, disebabkan oleh beberapa hal, termasuk kesuksesannya yang berkelanjutan, membawa pada sebuah keputusan untuk memisahkan diri dari First Data pada tahun 2006 dan menjadi perusahaan independen baru yang terdaftar di Bursa Efek New York.
General Electric
General Electric (GE), perusahaan yang banyak memiliki diversifikasi usaha. GE terbentuk ketika Edison General Electric Company (didirikan oleh Thomas Edison pada tahun 1878) bergabung dengan Thomson-Houston Electric Company. Satu-satunya perusahaan yang masih terdaftar di Dow Jones Industrial Index sejak tahun 1896.
Daya tahannya tidak hanya dihasilkan dari ukurannya, tetapi lebih khusus lagi, jangkauannya. Konglomerat industri ini telah menambah banyak segmen bisnis sepanjang hidupnya, termasuk perawatan kesehatan, berbagai kategori energi, penerbangan, transportasi, dan bahkan permodalan. Diversifikasi — dan mengetahui kapan harus melepaskan kategori tertentu — telah membuat GE tetap kuat meskipun ada fluktuasi pasar.
GE terus menatap masa depan. Pada 2016, perusahaan mengumumkan akan menjual divisi solusi industri, air, dan peralatannya. Perusahaan juga mulai memposisikan dirinya sebagai perusahaan perangkat lunak dan analisis, meskipun menimbulkan kesangsian dari banyak pihak, dan memperbarui upaya rekrutmennya untuk menarik bakat milenial. Selain itu, dilaporkan mengadopsi lebih banyak budaya startup dalam pengambilan risiko dan kecepatan demi inovasi.
UPS
Pada tahun 1907, Claude Ryan dan Jim Casey yang saat itu masih remaja belasan tahun, menggunakan pinjaman $100 untuk memulai UPS (saat itu American Messenger Company). Pada tahun 1913, perusahaan bergabung dengan perusahaan pesaing dan mulai mengurangi layanan messenger-nya karena telepon telah tersedia secara luas.
Dalam dekade pertama itu, perusahaan mulai membangun armada kendaraan pengirimannya dan meyakinkan para retailers untuk melakukan outsourcing, daripada menangani pengiriman oleh mereka sendiri. Kemudian, pada tahun 1919, perusahaan berganti nama sekali lagi menjadi “United Parcel Service.” Di tahun pula lah UPS mulai mengecat armada truk dengan warna cokelat khasnya.
Tahun 1920-an membawa kemakmuran dan pertumbuhan, dan UPS mulai jasa pengiriman langsung ke alamat pribadi. Perusahaan berkembang selama masa Depresi, dan Perang Dunia II telah memaksa UPS untuk membatasi operasinya untuk sementara waktu. Perusahaan menemukan ceruk baru dengan ekspansi di pinggiran kota tahun selama periode tahun 50-an dan 60-an, mengatasi segala hambatan peraturan, berkembang di seluruh AS dan kemudian dunia, dan meluncurkan maskapainya sendiri pada tahun 1980-an.
Selama 25 tahun terakhir, UPS telah membuat kemajuan teknologi yang signifikan seiring dengan meledaknya e-commerce global, termasuk perangkat genggam berpemilik yang setiap pengemudi membawa pelacakan paket elektronik. Perusahaan telah melakukan lebih dari 40 akuisisi dan saat ini mengkhususkan diri dalam solusi rantai pasokan komersial di samping layanan operator. Setelah 110 tahun, UPS beroperasi di 220 negara dan wilayah dan mengangkut 15 juta paket setiap hari kerja.
Bagaimana Perusahaan Pemenang dapat bertahan lebih dari 100 tahun?
Dalam sebuah artikel di Harvard Business Review di tahun 2018, berjudul “How Winning Organizations Last 100 Years”, mereka menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah berusia di atas seratus tahun ini selalu mencoba untuk menciptakan pelanggan yang royal dengan produk mereka, berbagi keahlian, serta berfokus untuk menjadi lebih baik, bukan lebih besar. Mereka sangat strategis, dan selalu membuat proyeksi untuk 20 hingga 30 tahun ke depan.
Mereka selalu mencari talenta baru untuk membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya agar selalu agile serta relevan dalam segala situasi. Dan yang menarik, banyak di antara perusahaan ini tidak menunggu bakat-bakat baru muncul, namun secara pro-aktif bekerja sama dengan sekolah-sekolah baik dari Pendidikan dasar hingga tinggi.
Sebagian besar perusahaan mengganti pemimpin mereka setiap lima tahun, tetapi perusahaan-perusahaan yang berusia tua yang disebut dengan Centennials ini mempertahankan kepemimpinan untuk 10 tahun lebih. Tidak hanya di puncak organisasi tetapi dua atau tiga tingkat lebih jauh ke bawah, di mana key knowledge serta pengaruh berada. Dan mereka dengan hati-hati mengelola transisi kepemimpinan, jadi tidak ada yang hilang di sepanjang jalan. Mereka biasanya mempersiapkan seorang pengganti selama lebih dari empat tahun sebelum membuat perubahan dan menghabiskan setidaknya 1 tahun untuk menyerahkannya.
Banyak perusahaan besar berusaha untuk memiliki talent dan berjuang untuk mengendalikan staff turnover, namun para Centennials malah melakukan yang sebaliknya. Mereka mempekerjakan hingga 70% staf paruh waktu, secara sengaja agar tetap segar dan menciptakan aliran ide-ide baru yang berkelanjutan.
Selain itu, banyak perusahaan dengan bangga memamerkan seberapa besar mereka tumbuh tahun lalu — tetapi tidak demikian dengan para Centennials ini. Pertumbuhan membuat mereka gelisah dan tidak nyaman. Mereka memang harus cukup besar untuk menciptakan dampak dan stabil secara finansial, tetapi tidak perlu terlalu besar yang dikhawatirkan membuat mereka terganggu atau kehilangan kendali. Sebuah studi baru-baru ini dari semua Centennials di dunia menemukan bahwa 89% dari mereka mempekerjakan kurang dari 300 orang. Itu sebabnya Centennials dapat menolak setidaknya dua pertiga dari aplikasi siswa setiap tahun, tidak seperti pesaing mereka. Dan semua Centennial dengan hati-hati memikirkan apa yang harus diambil dan bagaimana mengelolanya. Sama seperti pertumbuhan membuat mereka gelisah, begitu juga kesuksesan. Alih-alih merayakannya, mereka membongkarnya — untuk mencari tahu apa yang mereka lewatkan dan di mana mereka bisa melakukan yang lebih baik. Terobsesi dengan detail, menganalisis secara ilmiah apa pun yang mungkin memengaruhi kinerja.
Dan yang terakhir, daripada mencoba menjadi efisien dengan menyatukan pekerja di bidangnya masing-masing, para Centennials malah membuat setiap department saling berinteraksi dengan cara mengerjakan berbagai proyek yang berbeda. Sehingga para karyawan dari berbagai disiplin ilmu akan terus-menerus saling bertanya dan berbagi masalah, ide, serta peluang dengan karyawan yang lain.
Referensi:
1. https://www.bbc.com/news/business-16611040
2. https://www.entrepreneur.com/slideshow/287183
4. https://hbr.org/2018/09/how-winning-organizations-last-100-years
Leave a Reply